Sedari langkah pendakian gunung Sumbing via Butuh Kaliangkrik dimulai, perasaan yang sangat tidak enak senantiasa menemani bahkan mendekap erat tubuh ini.
Rasanya, experience pendakian saya kali ini bisa terwakilkan oleh kalimat tersebut.
Sebuah pendakian yang beranggotakan 7 orang ini sejatinya telah berhasil membuat diri saya tak nyaman sedari awal.
Awalnya hanya kami berdua (saya, dan seorang sahabat bernama rico) yang merencanakan pendakian.
Rencana ini mulai muncul ke permukaan, setelah sekian kali melakukan pendakian bersama. Meski hanya berpaku pada satu gunung saja, yaitu Gunung Slamet.
Memiliki Tim yang Solid itu Penting!
Saya dan Rico telah melakukan pendakian bersama kurang lebih 3 kali ke gunung Slamet. Coba tebak, untuk apa kami melakukan pendakian itu?
Jawabannya adalah menghantarkan teman menapakkan kaki di puncak gunung tertinggi di Jawa Tengah.
Bermacam situasi telah kami lalui bersama sepanjang pendakian. Bermacam sifat asli teman juga telah kami buktikan bersama.
Bisa dibilang, kami menjadi tulang punggung pendakian yang telah 3 kali kami jalani. Pada rencana kali ini, kami sepakat untuk mendaki berdua saja, sebagai sebuah team yang utuh.
Bukannya kami tak mau mengajak teman lainnya, bukannya kami merasa sudah mahir, dan bukan pula kami tak ingin membagi kebahagiaan.
Tapi, kami ingin membuktikan pada diri kami sendiri, memaksa lebih lagi bagi diri kami sendiri. Bisakah kami melampaui catatan waktu pendakian ke gunung yang sama yang telah teman kami lakukan.
Pada awalnya, pendakian ini adalah ajang pembuktian. Sebatas itu, tak lebih.
Perubahan Rencana
Ada sebuah kutipan yang kerap kali terlintas dalam beranda sosial media.
“Kita sebagai hamba Tuhan, hanya bisa merencanakan. Sisanya serahkan pada Tuhan” dan “Rencana hanyalah sebatas rencana, semua itu bisa berubah sewaktu-waktu. Tergantung situasi dan kondisi yang terjadi”
Ternyata benar adanya, kedua kutipan tersebut menghampiri rencana kami berdua. Sehingga mau tidak mau, suka tidak suka.
Kami dipaksa untuk merubah rencana awal kami. Yang awalnya hanya ingin mendaki berdua saja sebagai sebuah team yang utuh.
Pada akhirnya, team tersebut bertambah 5 anggota lagi.
Semua ini bermula pada kondisi keuangan kami berdua. Sebagai seorang pelajar Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) kami tak punya daya dari segi keuangan.
Menabung saja rasanya belum cukup untuk membantu kami meraih mimpi-mimpi. Kami harus memikirkan cara lain untuk bisa meraihnya.
Pada waktu itu, mimpi kami adalah menapakan kaki dipuncak gunung sumbing.
Setelah merencanakan semuanya, kami terkendala dari segi logistik yang cukup vital dalam pendakian. Setelah dihitung-hitung sisa uang kami hanya mampu untuk membeli mie instan aja.
Yakali dah, selama mendaki kami hanya mengkonsumsi mie instan sebagai sumber tenaga.
Nggak, nggak sehat banget. Meski kami sudah berusaha memangkas anggaran dengan sedikit mencuri persediaan dapur ibu, keungan kami juga belum membaik untuk sekedar memenuhi standar 4 sehat 5 sempurna.
Maka dari itu, terbesitlah ide untuk mengajak teman lainnya mendaki bersama, khususnya perempuan.
Kenapa perempuan? simpelnya, kami menganggap perempuan memiliki manajemen uang yang cukup baik, sehingga kami bisa bergantung kepada mereka untuk memperbaiki kondisi logistik, dengan imbalan kami harus menjadi tulang punggung pendakian (lagi).
Cukup adil bukan?
Singkatnya, bergabunglah 5 orang lagi dalam rencana pendakian kali ini. Mereka adalah Erin, Lutfi, Dian, Aan, dan Rifqi.
Bergabungnya mereka kedalam pendakian kali ini, membuat kami sedikit tenang mengenai logistik.
Perjalanan Menuju Basecamp Gunung Sumbing
Ketika semuanya telah selesai kami persiapkan, segala kebutuhan sudah terceklist dengan rapi. Kini, saatnya kami menuju basecamp pendakian sumbing via butuh kaliangkrik yang terletak di Desa Butuh Kec. Kaliangkrik, Kab. Magelang, Jawa Tengah.
Waktu tempuh berdasarkan Google Maps sekitar 4 jam’an. Namun, berdasarkan pengalaman seorang sahabat, mereka berhasil menempuhnya dengan waktu 3,5 jam aja.
Namun, apakah kalian percaya jikalau kami membutuhkan waktu sekitar 6,5 jam untuk bisa sampai ke basecamp butuh kaliangkrik ini.
Sungguh perbedaan yang sangat jauh dari perkiraan di awal. Padahal, selama perjalanan tidak ada sesuatu hal yang menimpa dan menguras waktu yang lama.
Tapi waktu tempuh kami menuju basecamp sangatlah lama. Entahlah.
Kami berangkat dari Rumah Lutfi yang berada di Desa Walik, Purbalingga sekitar jam 10 malam dan kami sampai di basecamp sekitar jam 03.30 pagi.
Bisa kalian tebak, tenaga kami sudah terkuras dalam perjalanan menuju basecamp. Belum nanti mendakinya, hadeh. Tapi semua itu harus dinikmati bukan ?
Selama perjalanan menuju basecamp-pun saya merasa jadi orang yang paling sengsara. Sebab, kami berangkat menggunakan 4 sepeda motor dan orangnya berjumlah 7.
Tentunya ada satu orang yang dikorbankan mengendarai motor sendirian, jikalau ada temannya mungkin itu barang-barang yang dibutuhkan selama pendakian. Nasib jadi jomblo ya begitu, haha.
Diperjalanan saya perhatikan, rifqi-erin, rico-dian, aan-lutfi mengobrol dengan asyiknya. Sementara saya, terus-terusan berusaha mencari topik untuk mengajak carrier saya berbicara.
Hanya itulah yang bisa saya lakukan selama perjalanan menuju lokasi basecamp. Sesampainya kami di basecamp, saya mengeluhkan hal tersebut kepada teman-teman mendaki waktu itu, dan semuanya kompak menertawai saya.
Sungguh sialan memang.
Perjalanan Menggapai Puncak Sejati, Dimulai!

Sebelum kami semua memejamkan mata dan mengistirahatkan badan yang telah lelah menempuh perjalanan 6,5 jam lamanya.
Kami bersepakat untuk memulai pendakian di jam 10 pagi, dan untuk pertama kalinya kami menepati kesepakatan tersebut.
Perjalanan dari basecamp menuju pintu rimba berkisar 15 – 20 menit, di pintu rimba ini kami melakukan berswafoto terlebih dahulu.
Setelah puas melakukan sesi foto-foto, kami-pun melanjutkan perjalanan. Belum lama kami berjalan, Erin meminta untuk berhenti sejenak, bukan karena ia sudah kelelahan atau apa.
Tapi karena ada barang yang ketinggalan di basecamp. Seperti itu awalnya. Ia turun ditemani dian, dan sisanya menunggu ditempat pemberhentian pertama kami.
10 menit terlewati, 20 menit terlewati, 40 menit sudah berlalu semenjak Erin dan Dian kembali turun ke basecamp untuk mengambil barang yang tertinggal, namun tak kunjung kembali.
Saya mulai bertanya-tanya, apakah ada kendala semasa mereka turun?
Ketika saya bertanya kepada lutfi, akhirnya ia mengatakan bahwa mereka turun karena Erin ingin membeli pembalut. Erin khawatir ketika mendaki nanti dirinya menstruasi.
Mendengar penjelasan Lutfi, saya seperti tersambar petir disiang bolong. Perasaan was-was seketika menghampiri, pikiran untuk menyudahi pendakian pun muncul.
Pilih Mundur atau Meneguhkan Hati untuk Melangkah?
Mau percaya atau tidak, saya sangat terganggu untuk melanjutkan pendakian ini. Karena banyak cerita pendakian yang “kesusahan” ketika ada anggota kelompoknya yang sedang haid.
Selain itu, saya juga sempat diceritakan beberapa mitos gunung Sumbing oleh seorang teman. Sehingga saya semakin ragu untuk melanjutkan pendakian, dan cenderung ingin menyudahi saja pendakian ini.
Tapi egois rasanya, jika saya mengambil keputusan sepihak. Saat ini, kami hanya bisa menunggu informasi dari Erin.
Kurang lebih kami menunggu sekitar 40 menit. Berharap cemas, serta pikiran yang masih saja berisik. Entah mengapa, saya selalu membayangkan kemungkin apa yang akan terjadi di masa yang akan datang.
moment of truth pun datang. Dengan santai Erin berkata “Hehe, gak jadi dapet kok bang :)”. Informasi tersebut seolah melegakan, namun melihat cara Erin menyampaikan. Saya merasa ada yang ditutup-tutupi.
Akhirnya, kami berdiskusi untuk melanjutkan atau menghentikan pendakian ke Gunung Sumbing kali ini.
Keputusan kami waktu itu adalah tetap melanjutkan pendakian, dan berharap tidak ada hal-hal yang tidak diinginkan terjadi. Aamin.
Perjalanan kami lanjutan dengan bersabar, menapaki tanjakan-tanjakan PHP (begitu istilah yang diberikan di jalur ini) dibarengi dengan gelak tawa.
Semua terasa normal saja sebelum sampai di pos 1, pemandangan yang tersuguhkan-pun masih perkebunan milik warga. Belum memasuki hutan.
Sampai di Pos 1
Setelah kami sampai di pos 1, dan sedikit mengintip jalan yang akan kita lalu selanjutnya. Ternyata cukup berhasil menyerang mental kami.
Tanjakannya begitu curam, dan cukup panjang. Ditambah lagi tanjakan itu merupakan akses kami untuk masuk ke dalam hutan.
Selama pendakian saya berposisi di paling belakang, sempat dibeberapa saat saya merasakan ada yang mengintai kami di kanan dan kiri jauh di dalam hutan sana.
Acapkali juga saya merasakan ada yang menemani saya di belakang, tapi ketika saya menoleh kebelakang tidak ada siapapun.
Mendekati waktu ashar, saya melihat beberapa teman-teman sudah kelelahan dan sangat beresiko untuk memaksakan melanjutkan perjalanan, terutama Lutfi.
Sedari awal Lutfi memang menjadi perhatian kami, bisa dibilang dia memiliki kondisi fisik yang paling lemah diantara kami ber-7.
Maka untuk mempersingkat waktu, saya meminta tolong kepada Rico dan Aan untuk berjalan lebih cepat dan segera mendirikan tenda di pos 2.
Kondisi fisik yang sudah kelelahan sangat tidak mungkin untuk dipaksakan, dan mungkin akan beresiko fatal. Jadi kami memutuskan untuk ngecamp di pos 2.
Camping di Pos 2 Pendakian Gunung Sumbing
Ketika kami semua sampai di pos 2, selisih waktu kami dengan Rico-Aan tidak terlalu jauh. Sehingga tenda yang diharapkan sudah berdiri untuk beristirahat teman-teman yang sudah kehabisan tenaga belum siap.
Secepatnya saya berusaha membantu proses pendirian tenda tersebut. Tenda yang kami gunakan berkapasitas 6 orang cukup lah untuk menampung kami semua.
Sialnya, di pos 2 ini kurang ada lahan yang cukup luas untuk mendirikan tenda sebagaimana mestinya.
Alhasil kami mendirikan tenda di dalam shelter, jika kalian melihat tenda biru berdiri di dalam shelter, itu tenda kami.
Kami tau perbuatan kami salah, tapi kami tidak punya pilihan. Mohon untuk dimaafkan.
Ketika tenda berdiri, semuanya bergegas masuk untuk segera mengistirahatkan badang yang sedari pagi sudah berjalan.
Sedangkan saya, masih berjalan-jalan mengitari tenda. Mengobrol dengan pendaki yang baru turun perihal cuaca, atau apapun yang berguna bagi kami untuk melanjutkan pendakian dini hari nanti.
Sehabis isya, pendaki yang awalnya (harapan) menjadi tetangga kami dalam menginap malam ini, ternyata memutuskan untuk turun menuju basecamp.
Alhasil hanya ada tenda kami saja di pos 2 itu. Selepas pulangnya tetangga kami, pos 2 menjadi sangat sepi dan mencekam. Letaknya yang cukup strategis juga menambah rasa ketakutan saya.
Pos 2 ini berletakan di pucuk vegetasi hutan dengan lembah bukit yang harus dilewati untuk bisa sampai ke puncak. Sehingga menambah pikiran buruk saya saja.
Andaikan kata, dari arah puncak datang segerombolan mahluk begitu juga dari arah basecamp. Sudah habis kami terkepung oleh ribuan mahluk yang menyerbu.
Merasa Ada yang Janggal Ketika Berada di Pos 2
Ketika saya sedang melamun memandangi jalur yang sudah kami lalui siang tadi sembari menghisap rokok.
Saya melihat cahaya senter dari bawah, perasaan senang saya rasakan. Akhirnya ada teman ngobrol juga, maklum lah semua teman saya sudah berada dalam alam mimpi.
Sedangkan saya masih berusaha terlelap.
Saya berusaha menereriaki sumber cahaya tersebut, berharap mendapatkan balasan. Beberapa kali saya berteriak, kumpulan cahaya itu juga tidak membalasnya.
Malah asyik berjalan menembus malam. Oke, saya coba cara lain. Kali ini saya memberikan sinyal melalui kedipan senter ditangan saya, dengan harapan akan dibalas sinyal saya itu.
Akan tetapi hasilnya tetap nihil.
Pikiran negatif mulai menyerang saya, seketika saya berjalan dengan santai namun cepat menuju tenda. Membuka resleting tenda, mengambil posisi tidur, dan bersembunyi dibalik hangatnya sleeping bag.
Setelahnya saya berusaha tidur secepat mungkin. Tapi tetap saja tidak bisa, semakin dipaksa semakin saya tidak merasakan kantuk sama sekali.
Hingga pada akhirnya saya mendengar langkah kaki yang cukup banyak, mungkin satu regu pendakian. Oh mungkin ini orang-orang yang sedari tadi saya hubungi melalui teriakan dan sinyal senter.
Perasaan tenang-pun saya rasakan. Ketika saya ingin beranjak dari dekapan hangat sleeping bag, saya merasa ada yang janggal.
Apakah kalian tahu? Langkah kaki itu tak ada hentinya selama sekitar 3 menit lamanya, dan hal yang paling aneh adalah tak terdengar suara obrolan ataupun ngos-ngosan.
Dengan lokasi tenda kami yang berdeketan dengan jalur pendakian, seharusnya nafas yang ngos-ngosan bisa terdengar.
Setelah itu saya makin ketakutan dan bersembunyi dibalik sleeping bag. Menutup erat wajah, sambil berdo’a dan berusaha tetap tenang.
Penjelasan Tentang Apa yang Terjadi
Singkat cerita, kami semua berhasil sampai puncak. Walaupun dengan bersusah payah. Saya yang sedari malam memendam cerita “Agak laen” sudah tak sabar lagi untuk menceritakannya. Namun saya harus menunda keinginan tersebut sampai kami sampai di Basecamp lagi.
Jangan sampai membuat mental teman pendakian drop juga. Karena kita tidak tahu seberapa kuat mental mereka. Sesampainya di basecamp, saya pun menceritakan kejadian semalam kepada teman-teman.
Mereka mendengarkan dengan seksama. Ada yang berusaha rasional. Ada yang mulai ketakutan. Serta ada juga yang tidak percaya. Namun saya tetap menceritakannya. Karena cerita ini adalah bagian dari perjalanan yang membuat perjalanan ini semakin berkesan.
Jujur, saya masih tidak tau apa yang saya alami waktu itu. Dulu saya sempat percaya bahwa itu adalah “Ulah” mahluk setempat. Namun seiring dengan berjalannya waktu, saya menganggap kejadian adalah buah dari halusinasi dan ketakutan saya ketika mendengar Erin akan menstruasi.
Saya berpikir terlalu jauh, sehingga termanifestasi di malam hari. Mungkin juga efek karena kelelahan. Entahlah. Tapi yang jelas, kejadian-kejadian semacam ini tidak menghambat saya untuk tetap mendaki gunung. Malahan saya sedang tertarik untuk mencoba solo hiking.
Untuk bisa solo hiking, tentu butuh persiapan yang matang. Mulai dari pengetahuan, hingga peralatan. Doakan ya, konco mlaku. Keinginan tersebut bisa terwujud. Nanti saya share pengalamannya. Entah lewat tulisan di Blog ini atau channel YouTube saya.
Udah dulu ceritanya yaa … Masih banyak cerita lainnya dari Insanus Mlaku yang gak kalah seru dan menarik. Yuk eksplore bareng.
See you!
